Cerpen tema persahabatan berdasarkan struktur dan kebahasaannya|wulanmau
Haloo!! Selamat datang di web saya. Kali ini saya akan memberikan contoh teks cerita pendek dengan tema persahabatan.
***
A. Tema : Persahabatan
B. Pusat pengisahan: Sudut pandang orang ketiga
C. Perwatakan : Metode dramatik
D. Latar : a. Tempat : Sekolah
b. Waktu : Pagi, siang hari
c. Suasana : Menegangkan, kecewa, sedih
E. Alur cerita :
I. Pengenalan masalah :
Pembulian Anya yang dilakukan oleh Diva, kakak kelas Anya di gudang sekolah pada pagi hari sebelum pelajaran dimulai.
II. Masalah mulai muncul :
Pemfitnahan yang dilakukan oleh Feby di waktu istirahat di mading sekolah.
III. Klimaks :
Anya dan Saras saling menjauh sejak pelajaran berlangsung di kelas usai istirahat.
IV. Anti klimaks :
Terkuaknya kesalahpahaman yang diketahui oleh Saras waktu istirahat di toilet siswa keesokan harinya.
V. Penyelesaian :
Anya dan Saras tetap bermusuhan karena Anya menolak permintaan maaf Saras di depan kelas setelah bel pulang sekolah berbunyi.
"Saling Percaya itu Harus Ada Dalam Persahabatan"
Brakk…
Rasa nyeri mulai menjalar di sekitar bahu Anya ketika tubuhnya menabrak tumpukan meja dan kursi di gudang sekolah. Sementara sang pelaku, Diva, kakak kelasnya tengah tersenyum penuh kemenangan seraya bertos ria dengan dua orang temannya. Anya mencoba berdiri tegak sambil menahan ringisan sakit yang hampir keluar dari bibirnya.
Anya merenungi apa yang terjadi padanya. Kakak kelasnya itu membulinya karena dia kenal dengan orang yang kakak kelasnya sukai. Kakak kelasnya itu terus menuduhnya dengan kata-kata yang tak pantas diucapkan. Dia dianggap genit karena mendekati Arsen, kakak kelas yang disukai oleh Diva. Padahal kenyataannya bukan seperti itu. Mereka terus mencercanya sementara Anya hanya diam tanpa menjawab celotehan kakak kelasnya. Bukan maksud tak tahu diri, tapi dia yakin membantah pernyataan itu bukanlah hal yang menguntungkan.
Ternyata hal itu memperburuk keadaan bagi Anya. Diva mendorong angkuh sebelah bahu Anya setelah menuduh Anya cewek centil dan genit. Anya tetap diam di tempatnya, sambil merapal doa agar ada orang lewat yang akan membantunya. Dia tetap berharap walaupun peluangnya hanyalah 1%.
Anya kembali mengingat apa yang terjadi padanya pagi ini. Dia sedang berjalan pelan di sepanjang lorong kelas ketika tangannya di tarik paksa oleh Diva dan antek-anteknya. Dan penyebabnya hanyalah rasa iri karena merasa kalah famous?
Salah satu teman Diva mencoba membujuk Diva agar mau melepaskan Anya. Anya ingat, dia Feby, mantan sekretaris osis sebelum posisi itu tergantikan olehnya.
Paham akan kode yang diberikan oleh Feby melalui lirikan mata, dengan takut-takut Anya keluar dari gudang itu dan berlari menuju kelas X MIPA 3, kelasnya. Dia mengucap syukur karena guru yang mengajar belum memasuki kelas. Dia berjalan tenang menuju tempat duduknya, dimana Saras sahabatnya mengamatinya dengan raut wajah bingung. Di tempat lain, Feby dan kedua temannya tengah tertawa atas rencana yang telah mereka susun untuk Anya hari ini.
Saras melihat kedatangan Anya dengan raut wajah heran. Tak biasanya sahabatnya itu terlambat. Dia menanyakan kabar Anya yang hanya ditanggapi dengan senyum tips menenangkan. Tak berapa lama, guru yang mengajar hari itu masuk lalu pelajaran dimulai.
Bel istirahat berbunyi. Anya dan Saras memilih untuk menghabiskan waktu istirahat mereka dengan membaca buku di perpustakaan. Anehnya, mereka jadi pusat perhatian di sepanjang lorong menuju perpustakaan. Selain itu bisikan-bisikan kecil terdengar membuat telinga keduanya panas. Tepat disamping pintu perpustakaan, tepatnya di papan madding sekolah, banyak siswa yang menggerombol seolah ada hal menarik disana. Karena rasa ingin tahu yang tinggi, Anya dan Saras memilih untuk melihat ‘hal menarik’ itu. Desas desus terdengar semakin keras begitu mereka sampai disana.
Alangkah terkejutnya Anya ketika melihat apa yang di tempel di papan mading itu. Wajahnya terpampang jelas bersama seorang lelaki sedang duduk di halte bis depan sekolah. Anya yakin ada yang salah dengan foto itu. Difoto itu hanya memperlihatkan dua orang yang duduk berjauhan, sedangkan yang dia ingat seharusnya Saras pun ada disana, duduk diantara dia dan Arsen, lelaki yang ada di foto itu.
Telinga Anya serasa berdenging mendengar semua fitnahan yang keluar dari mulut para siswa yang melihat foto itu. Begitu dia menoleh kesampingnya, Saras sudah menghilang dari sisinya.
Anya keluar dari gerombolan itu dan memutuskan untuk mencari Saras. Dia akan menjelaskan kesalahpahaman itu. Dia berhenti didepan ruang Lab. Biologi ketika mendengar suara beberapa orang yang sedang melakukan percakapan singkat.
“Kalo lo nggak percaya sama gue yaudah, itu urusan lo.” Anya mengenal suara lembut itu, Feby, kakak kelas yang dulu sangat dikaguminya.
“Aku nggak percaya kalo Anya semunafik itu. Nggak mungkin dia suka sama kak Arsen kan? Dia itu teman aku yang bantu aku dekat sama kak Arsen.” Sahutan lain terdengar. “Apa bukti foto di hp gue ini masih kurang?” Ujar Feby lagi.
Anya memutuskan ntuk tidak mendengar lebih dari itu karena dia percaya akan Saras. Anya menyingkir dari tempat itu secepat mungkin tak ingin ada orang lain yang memergokinya sedang menguping. Namun begitu banyak pertanyaan yang mengganjal di benaknya.
Selama pelajaran hingga waktu pulang, Saras hanya mendiamkan Anya. Anya yakin bahwa Saras sudah salah paham, namun dia yakin ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Dia membiarkan Saras berpikir jernih atas insiden tadi.
Keesokan harinya, Anya merasa bahwa mereka benar-benar jauh. Saras pindah tempat duduk dengan orang lain. Mereka sekalipun tak bertegur sapa sejak kemarin siang. Ketika dia bermaksud ingin menjelaskan semuanya, Saras akan pergi menjauh darinya. Dia terdiam merasakan sakit di dadanya. Luka lama karena dikhianati oleh sahabatnya kembali menganga.
Dia pergi ketaman sekolah. Wewangian bunga pasti akan menjernihkan pikirannya. Tak lama kemudian, Arsen mendatanginya dan duduk disebelahnya. Anya ingin pergi, namun dia masih punya rasa sopan terhadap kakak tingkatnya. Arsen menemui Anya untuk meminta maaf karena tak dapat banyak membantu.
Mereka mengobrol dengan diselingi oleh candaan yang membuat mereka tertawa. Tanpa mereka ketahui, Saras melihat mereka dari lantai atas, tepat di bangunan samping taman. Kebencian yang sebenarnya tak ingin dia tumbuhkan untuk sahabatnya sendiri, tumbuh subur seolah selalu dipupuk dan disiram. Rasa saling percaya yang dia bangun untuk persahabatan mereka, runtuh hanya dengan badai kecil.
Saras berlari menuju toilet, tempat yang cukup aman untuk mengeluarkan isak tangis atas kebenciannya. Dia tidak benci karena Anya dekat dengan Arsen. Yang dibencinya, kenapa Anya tidak bercerita padanya? Dia dianggap sebagai apa oleh Anya?
Dia memasuki salah satu bilik toilet wanita dan mengunci pintunya. Selesai dengan urusannya, dia berniat keluar sebelum suara tawa yang dikenalinya terdengar menggema dan bersahut-sahutan di dalam kamar mandi.
“Lo nggak percaya kan, kalo dalam satu misi dua tikus langsung mati?” “Lo keren, Feb. Gue nggak pernah meragukan rencana yang lo susun.” “Tapi inget, putusin Deon buat gue. Kan gue udah bantu lo dapetin Arsen.”
Saras memelototkan matanya. Feby, Diva?
“Tapi sumpah, dapat darimana lo rencana mulus kaya gitu. Dengan membuat Anya dan Saras musuhan, maka mereka bakal ngejauhin Arsen? Otak lo jenius Feb.” Saras kembali menitikkan air matanya. Dia salah paham? Dan parahnya, dia menjauhi sahabatnya hanya karena terhasut omongan sampah?
Begitu tak lagi terdengar suara tawa dari dalam kamar mandi, dia keluar dari bilik toilet. Dia melihat wajah bodohnya dengan sumpah serapah yang keluar dari bibirnya. Dia terus mengumpati dirinya yang dia nilai sangat bodoh.
Dia berlari menuju kelasnya. Tak mendapati keberadaan Anya didalam kelas, tak menyerah dia berlari mengitari lorong-lorong demi menjumpai sahabatnya. Dia memutuskan untuk mencari Anya di taman, namun bel tanda istirahat usai menghentikan niatnya. Dia kembali kekelas untuk mengikuti pembelajaran. Di kelas, dia risau karena Anya membolos pelajaran tapi tas nya masih tersampir di kursinya.
Bel pulang sekolah berbunyi. guru yang mengajar keluar dari kelas bertepatan dengan munculnya Anya dari ambang pintu. Saras tersenyum lebar, dia berdiri mendekati Anya namun Anya tetap berjalan lurus menuju bangkunya. Dia mengambil tasnya dan berlalu begitu saja.
Saras menarik pergelangan tangan kiri Anya, dan berhasil Anya berhenti dan berbalik memandangnya. Saras menundukkan kepalanya sebelum mengangkatnya dan mengatakan ‘maaf’ dengan suara lirih. Mereka berdua diam beberapa detik sebelum Anya menghempas kasar tangan Saras yang mencekalnya dan berlalu keluar dari kelas. Hal itu tak luput dari pandangan heran teman sekelasnya yang masih berada di dalam kelas. Saras terdiam. Anya marah padanya. Dia cukup sadar diri bahwa apa yang dilakukannya kemarin adalah sebuah kesalahan besar. Tidak memercayai sahabatnya? Mengingat hal itu membuatnya kembali ingin menghantamkan kepala bodohnya ke dinding. Dia menyerah untuk hari ini dan memutuskan untuk pulang. Dia pikir bahwa Anya butuh waktu berpikir, dia akan meminta maaf pada Anya lain kali. Dia yakin Anya akan memaafkannya tanpa tahu bahwa luka lama Anya kembali melebar atas perbuatannya kemarin.
***
Terimakasih sudah mau membaca. Semoga membantu dan bermanfaat. Kritik dan saran sangat membantu saya dalam menulis. Jangan lupa baca juga karya-karya saya yang lain.
:)
Komentar
Posting Komentar